My Story to be a Midwife
Sometime I just wanna write what I know, think, feel, and learning...
salam
Minggu, 15 Februari 2015
Jumat, 09 Mei 2014
Resep Makanan Sehat Baru: "Bakso Singkong"
Berikut adalah
cara membuat makanan Bakso Singkong yaitu:
þ Bahan:
1. Singkong
500 gram, haluskan
2. Telur
1 butir
3. Putih
telur 2 butir
4. Tepung
kanji 2 sdm
5. air
untuk merebus bakso 1 liter
6. seledri
secukupnya
þ Bahan
dan isi :
1.
Ayam cincang 200 gram
2.
kaldu bubuk instan secukupnya
þ Bumbu:
1.
bawang putih 10 siung, goreng, haluskan
2.
bawang merah 5 siung, goreng, haluskan
3.
Tumbar secukupnya
4.
lada halus secukupnya
5.
kaldu sapi bubuk instan secukupnya
6.
garam secukupnya
7.
gula secukupnya
þ Bahan
untuk kuah bakso
Bahan
yang diperlukan :
·
1 buah tulang sapi, ukuran sedang, potong
3 bagian
·
4 siung bawang putih, dimemarkan
dulu
·
1 buah kaldu ayam dadu
·
1/2 sendok teh merica
·
1 sendok teh garam
·
1 liter Air untuk perebus
þ Cara
membuat:
1.
Membuat bakso singkong
-
Haluskan singkong, kocok telur dan putih
telur dan masukkan kedalam adonan singkong yang telah dihaluskan, masukan bumbu
(tumbar, bawang putih, yang telah di haluskan) dan garam ke dalam adonan, campurkan sampai merata.
-
setelah halus, masukan tepung kanji dan
air es. giling kembali hingga rata.
-
Pipihkan adonan singkong, masukan ayam
yang telah direbus, kemudian dicincang dan dibumbui dengan merica, bawang putih
dan seledri. buat adonan menjadi bulatan.
-
Masukkan kedalam penggorengan yang
berisi minyak yang telah dipanaskan. Goreng sampai berwarna kecoklatan. Angkat
dan tiriskan.
2.
Membuat kuah bakso
-
Pertama didihkan 1 liter air di atas api
sedang.
-
Kemudian masukkan tulang sapi dan
didihkan sebentar lalu kecilkan apinya
-
Lalu masukkan bawang putih, masaklah
terus dengan api kecil sampai kuah mendidih selama 1 jam dan kuah menyusut 1/3
bagian
-
Selanjutnya masukkan kaldu ayam, merica
dan garam. biarkan diatas api kecil sampai mendidih be berapa saat, matikan
api.
-
Keluarkan sumsum dalam tulang sapi
sampai bersih. biarkan mengambang dikuah.
-
Kaldu siap dipakai untuk kuah bakso.
cicipi, jika kurang asin tambahkan.selesai
Selamat mencoba Resep terbaru khayalan sayaa :D
Sabtu, 03 Mei 2014
STANDAR V PALPASI ABDOMINAL
A.
Pengertian
Standar
Menurut Clinical
Practice Guideline (1990) Standar adalah
keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Menurut Donabedian (1980)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai,berkaitan dengan parameter yang telahditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan
yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai
jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Secara
luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu
yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan. Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat
organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi
operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan
terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang
layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan
bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
B.
Syarat Standar
1.
Spesifik (specific)
2.
Dapat diukur
(measurable)
3.
Tepat
(appropriate)
4.
Dapat dipercaya
(reliable)
5.
Tepat waktu
(timely
C.
Standar Mutu
Pelayanan Kebidanan
Standar
Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokan menjadi 5 bagian
besar yaitu:
1.
Standar
Pelayanan Umum (2 standar)
2.
Standar
Pelayanan Antenatal (6 standar)
3.
Standar
Pelayanan Persalinan (4 standar)
4.
Standar
Pelayanan Nifas (3 standar)
5.
Standar
Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
D.
Standar V
Palpasi Abdominal
a.
Tujuan Standar
1.
Memperkirakan usia
kehamilan
2.
pemantauan
pertumbuhan janin
3.
penentuan letak,
posisi dan bagian bawah janin
b.
Pernyataan
Standar
Bidan
melakukan pemeriksaan abdominal dengan seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
c.
Hasil Standar
1.
Perkiraan usia
kehamilan yang lebih baik
2.
Diagnosis dini
kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan
3.
Diagnosis dari
kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
d.
Prasyarat
1.
Bidan telah
dididik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar
2.
Alat, misalnya
meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3.
Tersedia tempat
pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4.
Menggunakan KMS
Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu untuk pencatatan
5.
Adanya sistem
rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan.
e.
Proses
1.
Melaksanakan
palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
2.
Tanyakan pada
ibu hamil sebelum palpasi; apa yang dirasakannya, apakah janinnya bergerak,
kapan haid terakhir, atau kapan pertama kali merasakan pergerakan janin.
3.
Sebelum palpasi
abdominal, mintalah ibu hamil untuk mengosongkan kandung kencingnya.
4.
Baringkan ibu
hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disangga bantal. Jangan
membaringkan ibu hamil terlentang dengan punggung datar, karena berat uterus
dapat menekan pembuluh darah balik ke jantung sehingga akan mengakibatkan
pingsan.
5.
Periksa abdomen:
adakah parut (tanyakan penyebabnya), tanda-tanda kehamilan sebelumnya,
tanda-tanda peregangan uterus yang berlebihan atau kehamilan ganda (perut
terlalu besar, banyak bagian janin yang teraba, terabanya lebih dari satu
kepala janin). Catat semua temuan dan rujuk tepat waktu ke rumah sakit jika
ditemukan bekas bedah sesar, tanda berlebih/kurangnya cairan amnion, kehamilan
ganda.
6.
Perkirakan usia
kehamilan. Setelah minggu ke-24, cara yang paling efektif adalah dengan
menggunakan meteran kain.
7.
Ukur dengan
meteran kain dari simfisis pubis ke fundus uteri; catat hasilnya dalam cm. Jika
hasilnya berbeda dengan perkiraan umur
kehamilan (dalam minggu) atau tidak sesuai dengan gravidogram berarti terdapat
pertumbuhan janin lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk.
8.
Lakukan palpasi
dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin. (seharusnya memanjang, jika
tidak, dan usia kehamilan 36 minggu atau lebih, rujuk ke rumah sakit)
9.
Dengan
menggunakan dua tangan, lakukan palpasi abdominal untuk menentukan bagian bawah
janin. (Kepala teraba keras dan lebih besar dibandingkan bokong. Jika kepala
berada di fundus uteri, biasanya melenting).
10.
pada trimester
ketiga, jika bagian bawah janin bukan kepala, persalinan harus dilakukan di
rumah sakit.
11.
Setelah umur
kehamilan 37 minggu, terutama pada kehamilan pertama, periksa apakah telah
terjadi penurunan kepala janin. (Kepala janin sudah melewati pintu atas panggul
atau kepala janin teraba hanya dua jari di atas pintu atas panggul). Bila
kepala tidak masuk ke panggul (CPD/DKP), persalinan harus di rumah sakit.
12.
Periksa letak
punggung janin dan dengarkan denyut jantung janin. (Dengarkan denyut jantung
janin, atau pergerakan janin sangat lemah, rujuklah ibu ke rumah sakit.
13.
Bicarakan hasil
pemeriksaan dengan ibu hamil, suami/anggota keluarga yang mengantar.
14.
Catat semua
temuan, pelajari dan jika ada kelainan rujuk tepat waktu ke pouskesmas atau
rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.
f.
Hal yang Perlu
diingat Berkaitan dengan Standar V Palpasi Abdominal
Kelainan yang
memerlukan pemeriksaan lanjutan, meliputi:
1.
Tinggi fundus
uteri berbeda dengan usia kehamilan dalam minggu.
2.
Kelainan letak,
letak bokong, letak lintang, letak yang berubah-ubah.
3.
Dugaan kehamilan
ganda.
4.
Denyut jantung
janin, kurang daro 100 kali/menit, atau lebih dari 160 kali/menit atau iramanya
tidak teratur.
5.
Gerak janin
lemah atau menurun (kurang dari 10 kali dalam 1 2 jam) pada bulan teakhir
kehamilan.
6.
Cairan amnion
berlebihan (dinding perut bulat dan mengkilat), atau kurang (bagian janin mudah
terlihat dari luar).
Minggu, 26 Mei 2013
KANTIN 99: DAFTAR YG MENDAPAT REKOMENDASI SNMPTN UNDANGAN
KANTIN 99: DAFTAR YG MENDAPAT REKOMENDASI SNMPTN UNDANGAN: DAFTAR NAMA SISWA SMA NEGERI 1 PANGKALAN BUN YANG MENDAPAT REKOMENDASI UNTUK MENGIKUTI SNMPTN UNDANGAN TAHUN 2012/201...
Minggu, 12 Mei 2013
Try Out Sipensimaru Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kebidanan Magetan 2013
Hari/ Tanggal : Minggu, 21 April 2013Jam : 07.00 WIB-selesai
Ketua: Fatih Akbar Rani (Jalum II)
Wakil Ketua: Nindia Ayu Lorenza (Jalum I)
Sekretaris:
1. Windy Lestari (Jalum II)
2. Nova Novia (Jalum I)
Bendahara:
1. Fachrunnisa Nur Badiyani (Jalum II)
2. Melati (Jalum I)
Pendaftaran
Daftar Ulang
Selamat berjuang mengerjakan :)
Seminar
Pengumuman Nilai
Juara
Panitia
Alhamdulillah telah berjalan dengan lancar :)
Sabtu, 04 Mei 2013
dr. Suparyanto, M.Kes: KONSEP GUMOH (REGURGITASI)
dr. Suparyanto, M.Kes: KONSEP GUMOH (REGURGITASI): Dr. Suparyanto, M.Kes KONSEP GUMOH (REGURGITASI) Pengertian Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan...
Minggu, 31 Maret 2013
DAMPAK
NEGATIF DARI ABORSI UNTUK KIA
Nama Pemain:
Nindi Ayu L : Loren Amd. Keb
Nurma Yuslichawati : Ibu
Widyawati : Narator
Jannie :
Bripda Lia
Mega Ayu P : Dewi
Kiki :
Mbah Sarijem
Kinanti :
Rea
Mita Ayu :
Anggun
Siska :
Denis
Hartatik :
Imah
Pada suatu hari, di Desa Lembeyan
ada seorang bidan yang bernama Loren Amd. Keb di hadapkan pada suatu masalah.
Dia di datangi seorang gadis remaja yang bernama Rea. Dia masih saudara sepupu
dengan bidan itu. Dia meminta tolong seorang bidan untuk melakukan aborsi.
Akankah bidan tersebut mau melakukan praktik illegal tersebut? Untuk lebih
jelasnya, mari kita saksikan.
Pada suatu hari, pasangan remaja sedang
duduk berdua di taman kampus.
Rea : “Sayang, aku telat.”
Denis : “ Telat apa?. Telat masuk
sekolah?”
Rea : “ Telat saying…”
Denis : “ Ha? Maksudnya?”
Rea : “ Apa kamu tidak ingat kejadian
kemarin?”
Denis : “ Kejadian yang mana?”
Rea : “ Kamu sudah merenggut
keperawananku dan kamu juga berjanji akan bertanggung jawab. Sekarang aku ingin
menagih janjimu.”
Denis :
“ Aku berjanji apa kepadamu?”
Rea :
“ Kamu berjanji akan menikahiku dan sekarang aku hamil 2 bulan.”
Denis :
“ Apa benar yang kamu katakan?”
Rea :
“ Sumpah! Aku tidak bohong.”
Denis :
“ Gugurkan saja!”
Rea :
“ Apa kamu gila! Ini adalah anugrah dari Tuhan.”
Denis :
“ Aku tidak mau tau! Gugurkan saja kandunganmu!” (pergi)
Rea :
(sedih,menangis,menyesali perbuatannya)
Kemudian, Rea melaporkan kepada ibunya
bahwa dia hamil.
Rea : (langsung masuk kamar,terlihat
sedih,gelisah)
Ibu : (bingung melihat sikap anaknya,
kemudian menghampiri)
Ibu : “ Ono opo to nduk? Cerito to karo
ibu.”
Rea : (hanya diam dan menangis)
Ibu : “ Wis to la nduk,cerito to karo
ibu. Ono masalah opo?”
Rea : “ Kulo sampun telat 2 bulan,
mboten haid.”
Ibu : “Walah nduk…kok iso?”
Rea : (menangis meminta ampun). “Kulo
nyuwun pangapunten bu.”
Ibu : “ Sopo sing wani-wanine
gawe kowe koyok ngene! Sopo… Sopo! Cerito karo ibu (marah)
Rea : (menangis)
Ibu : “ Sopo! Cerito to nduk..
Rea : “ Mas Denis kae buk sing gawe kulo
koyok ngene.”
Ibu : “Astagfiruallah alhadzim.”
Rea : (tambah menangis tersedu-sedu)
Ibu : “ Wis ayo melu ibu,nemui bocah
kae.”
Rea : “ Mpun bu, mboten usah. Kulo
sampun ngomong kale mas denis.”
Ibu : “ Terus piye?”
Rea : “ Mboten purun tanggung jawab bu.”
Ibu : (bingung dan keluar dari kamar
sambil mondar-mandir)
Sementara itu, Saudara ibu yang bernama
Imah datang untuk bertamu. Akan tetapi, tidak ada jawaban saat mengetuk pintu
rumahnya.
Imah : “ Assalamu’alaikum wr.wb.”
(tidak ada jawaban berkali-kali mengetuk
pintu sambil memanggil-manggil)
Langsung masuk rumah.
Imah : (terkejut melihat saudaranya
terlihat gelisah duduk di sofa dan kemudian menghampirinya). “ Walah mbak yu,
sampean iku tak panggili ora nyaut-nyaut.”
Ibu : (diam saja sambil meneteskan air
mata dan terlihat tetap gelisah)
Imah : “ Mbak! Sampean iki tak ajak
ngomong kok meneng wae.”
Ibu : “ Rene-rene dik, nyedeko
ning aku. Tak omongi. Iki ponakanmu lagi ono masalah sing gawe jenenge keluarga
iki elek. “
Imah : “ Piye to mbak yu…sing genah
nopo.”
Ibu : “Kae lho, bocah Denis kae
wis gawe anakku hamil. Terus ora gelem tanggung jawab. Piye iki dik? Aku
bingung kudu piye.”
Imah : (terkejut) Lho!! Wis ngene
mbak yu,nek ora gelem tanggung jawab. Wis ayo melu aku ning mbah Sarijem. Dukun
bayi sing terkenal kae.”
Ibu : “Sik to dik. Maksudmu kui
opo arep gugurne calon putuku? Opo ora wedi karo gusti Allah?”
Imah : “Lha wong anakmu ora wedi
duso. Lha mbak yu milih ndi? Lahir tanpa bapak opo anakmu iso tetep nglanjutne
sekolah.”
Ibu : “ Sik dik tak piker-pikir dhisik.”
Imah : “ Wis emboh. Sampean di
kandani angel. Ngene ae, mengko lek sido hubungi aku.”
Ibu : “Suwun yo dik sarane.”
Setelah itu, Imah permisi pulang dan Rea
mencoba meminta pendapat teman akrabnya yaitu Anggun melalui telepon.
Rea : (menelpon)
Anggun :
(mengangkat)
Rea : “ Halo, Assalamu’alaikum.”
Anggun :
“ Wa’alaikum salam. Ada apa?”
Rea : “ Aku mau curhat.”
Anggun :
“ Curhat apa?”
Rea : (menangis tersedu-sedu)
Anggun :
“ Kenapa? Kok menangis. Ada masalah apa?
Rea : “ Aku hamil” (sambil tersedu-sedu)
Anggun :
“ Kamu jangan becanda donk.”
Rea : “ aku serius, aku hamil 2
bulan dan ini adalah hasil perbuatanku dengan mas denis dan dia tidak mau
bertanggung jawab.”
Anggun :
(terkejut). “ Apa kamu sudah periksa?
Rea : “Belum.”
Anggun : “ Kamu periksa saja ke bidan untuk
memastikan kamu positif hamil apa
tidak.”
Rea : “ Ya sudah. Terima kasih.”
Anggun :
“Sama-sama.”
Kemudian ibu dan Rea berdiskusi untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Akhirnya mereka mengambil solusi untuk periksa
ke bidan Loren memastikan positif hamil apa tidak.
Ibu dan Rea : (langsung ke bidan)
Loren :
“ Monggo bu. Wonten masalah nopo?”
Ibu :
“ Niki,kulo badhe mriksa aken anak kulo.
Loren : “Oh inggih. Naminipun sinten?
Umurenipun pinten lan alamat jenengan pundi?”
Rea :
“Rea Reara,19 tahun,alamat Lembeyan.
Loren :
“Masalahnipun nopo?”
Ibu : “ Mekaten bu bidan. Anak
kulo niki pun mboten haid 2 bulan. Terus kepripun niki bu bidan?”
Loren :
“ Kulo prikso kriyen nggih mbk?”
Setelah di periksa.
Loren :
“ Mekaten bu, larene jenengan niki positif hamil 2 bulan.”
Ibu :
“ Lha terus piye bu bidan. Anak kulo tasik sekolah.”
Loren :
“ Jenengan rembuk kale keluarganipun lare jaler.”
Ibu :
“ Sampun kulo kandani. Tapi mboten purun tanggung jawab. Ngeten mawon bu
bidan,kulo nyuwun tulung kandunganipun putri kulo niki panjenengan ical aken.”
Loren
: “ Nyuwun pangapunten sak katahipun nggih bu. Kulo mboten kerso menawi
panjenengan badhe ngguguraken kandungane putri panjenengan. Meniko nyalahi aturan
profesi kulo yaiku bidan.”
Ibu : “ Tolong di usahaken, bu bidan.
Kulo nyuwun tulung sanget.”
Loren : “ Pangapunten nggih,bu. Kulo
mboten saget.”
Rea : “ Yo wis naknu,.kulo wangsul rumiyin,bu bidan.
Bu bidanne ora gelem di suwuni tulung.
Karena bu bidan
tidak mau di mintai tolong untuk melakukan aborsi pada kandungan putrinya. Maka
ibu dan putrinya pergi untuk menemui dukun bayi.
Rea dan Ibu : “ Kulo nuwun,mbah.”
Mbah sarijem : “ Monggo…monggo…pinarak rumiyin. Wonten dawuh punopo,bu?”
Rea : “ Kulo pinarak datheng mriki
badhe ngrepoti panjenengan,mbah. Kulo badhe nyuwun tulung panjenengan kangge
ngguguraken kandunganne yoga kulo.
Mbah
sarijem : “ Nopo? Ngorok? Sopo sing ngorok? Ojo sembarangan nuduh sampeyan ki.”
Rea : “Buk..buk’e..leh ngomong
sing banter.. mbah’e kethok’e sudho rungon.”
Ibu : “ Iyo..iyo..nduk..sek
tho..ancene sudho rungon mbah’e ki.”
Mbah
sarijem : “ Ojo bisak-bisik tho nak omongan ki..sampeyan ki arep nyapo rene ki?”
Ibu
: “ Mbah, kulo niki ajeng ngguguraken kandunganipun putri kulo (bicara dengan
keras)
Rea : “ Huts..ojo banter-banter
tho,buk..iki aib keluarga lho,buk.”
Ibu : “ O..yo..yo..lha pye maneh
nduk,mbah’e yo tarahan ora krungu.”
Mbah sarijem :
“ Wis tho ojo eyel-eyelan..mbah’e iki ora budhek tapi sampeyan leh ngomong
kurang banter..leh arep nggugurne kandungan!!mbah’e ra gelem nak kuwi, aku yo
ora pengen nambahi dosa maneh,nduk.”
Ibu : “ Ayo tho mbah, kulo
nyuwun tulung sanget.”
Mbah
sarijem : “ Aku ra iso,nduk,..liyane
ae.”
Ibu : “ Nyuwun tulung tho,mbah..mangke
panjenengan kulo paringi yotro.”
Mbah
sarijem : “ Aku ra gelem nak bayaranne
sak itik soale iki taruhanne nyowo wong.”
Rea
: “ Mboten-mboten,mbah..nyowone putri kulo,insyaallah mboten nopo-nopo. Kulo
niki sampun bingung mbah, badhe nutupi aib’e putri kulo, soale lare jalerre
mboten purun tanggung jawab.
Mbah
sarijem : “ Piye ya,nduk? Aku yo rodhok
galau lan bingung ngono lho.”
Rea : “ Nyuwun tulung sanget,
mbah.”
Mbah
sarijem : “ Yo wis naknu tak bantu..tapi
duit’e jo lali lho,ya.”
Rea : “ Nggih-nggih, mbah.”
Mbah
sarijem : “ Yo wis.. ayo melu mbah ning
njero.”
(sang
gadis masuk ke dalam kamar si dukun bayi)
Tak
selang beberapa lama, sang dukun bayi keluar dari kamarnya. Namun, dukun bayi
nampak murung dan menundukkan kepalanya. Seolah-olah ada kabar buruk yang ingin
dia sampaikan pada ibu gadis tadi. Ibu sang gadis pun bingung dan langsung
menghampiri mbah dukun bayi tadi.
Ibu :
“ Mbah, pripun keadaanne anak kulo??”
Mbah sarijem : “ Nyuwun pangapunten sak
derengipun..anakke panjenengan mboten slamet.”
Ibu
: “ Maksude panjenengan pripun, mbah..? mboten slamet apane?”
Mbah sarijem
: “ Mboten slamet nyawane, bu.. anakke panjenengan niku mboten kiat dadose
anakke panjenengan mboten ketulung nyawane.
Ibu
: “ Astaghfirullah..innalillahi wa innailaihi roji’un..anakku piye iki,mbah.?”
(ibu menangis sambil memukul-mukuli mbah dukun)
Mbah sarijem : “
Sabar nggih,..sabar..”
Tanpa sepengetahuan ibu dan mbah dukun, polisi
datang dan menggrebek dukun bayi dan ibu tersebut. Ternyata, polisi sudah lama
mengincar keberadaan praktik aborsi oleh mbah dukun tersebut.
Lia : “ Angkat tangan semuanya..”
Mbah sarijem : “ Haa..polisi?”
Mbah sarijem dan
Ibu kebingungan dan berusaha melarikan diri namun ternyata polisi terlebih
dahulu membuka pintu rumah mbah dukun.
Lia
: “ Nuwun sewu sak dhereng’e.kulo kaliyan rencang-rencang angsal laporan saking
tiyang menawi ing mriki wonten praktik aborsi. Aborsi meniko nggugurne
kandungan utawi janin.
Mbah sarijem : “
Aborsi?? Pak polisi di apusi tiyang niku, laporanne niku salah total.”
Polisi memeriksa
dan menggeledah seluruh isi ruangan di rumah mbah dukun bayi. Dan polisi
berhasil menemukan barang bukti tentang tindakan aborsi.
Lia
: “ Panjenengan ndherek kulo ing kantor polisi nggih?(menunjuk ke dukun bayi
dan ibu)
Mbah sarijem : “
Kulo salah nopo,pak?”
Lia
: “ Nuwun sewu,bu..mangke panjenengan jelasne ing kantor polisi meniko mawon.
Dukun
bayi dan ibu di bawa ke kantor polisi. Dan kabar meninggalnya gadis remaja tadi
sudah sampai terdengar di telinga masyarakat dan bidan setempat. Bidan yang
tadi sempat dimintai tolong ibu gadis itu kembali mengingat hingga pikiran
bidan tersebut merasa terganggu dengan kejadian gadis tersebut. Karena hal
tersebut selalu mengganggu fikiran bidan, maka bidan pergi konsultasi ke
psikolog.
Keesokan harinya
di tempat psikolog….
Dewi : “ Selamat siang,bu..”
Loren : “ Selamat siang.”
Dewi : “ Ada yang bisa saya bantu?”
Loren
: “ Maksud kedatangan saya kesini bermaksud untuk berkonsultasi tentang masalah
yang mengganggu pikiran saya.”
Dewi : “ Kalau boleh tau,masalah apa
bu?”
Loren
: “ waktu itu,saya kedatangan klien bersama putrinya yang berniat untuk mengaborsi
kandungannya. Akan tetapi saya tidak
mau membantu beliau untuk melakukan praktik aborsi. Lantas ibu dan putrinya
tadi meminta bantuan seorang dukun bayi untuk menggugurkan bayinya. Dan malang
sekali nasib remaja putri tadi, karena kondisi fisiknya yang tak kuat dengan
cara aborsi tersebut akhirnya remaj putri tadi meninggal dunia. Entah saya
seperti dihantui perasaan dilema yang berkepanjangan mengenai kematian remaja
putri tadi. Kalau menurut anda, apa yang harus saya lakukan?”
Dewi :
“ Ibu harus berdoa untuk mendoakan gadis tersebut, selain itu anda sebaiknya
lebih tenang dalam menyikapi hal tersebut. Karena aborsi sangat membahayakan
bagi kaum perempuan, meskipun aborsi juga dilegalkan pada kasus darurat. Maka
sebagai bidan anda harus berupaya untuk memberi pelayanan KIA yang terbaik
tentunya tanpa melanggar kode etik profesi kebidanan anda. Dan sebaiknya anda
lebih teliti dalam menyikapi berbagai keluhan dari klien.”
Loren : “ Terimakasih atas
sarannya,bu.”
Dewi
: “ Iya sama-sama.. kalau ibu masih terganggu dengan pikiran dan dilematis, silahkan
ibu datang kesini atau menghubungi saya lewat telepon. Dan insyaallah, saya
akan membantu ibu.
Loren : “ Ya terimakasih bu..kalau
begitu saya permisi pulang dahulu.”
Dewi : “ Oh iya,bu..” (sambil
tersenyum dan berjabat tangan)
Dan akhirnya
bidan sudah lebih tenang dan akan bertekad lebih berhati-hati dalam menyikapi
berbagai dilematis dalam praktik kebidanan yang dijalankan.
Langganan:
Postingan (Atom)